Kurt Cobain lahir di Aberdeen, sebuah kota yang khas dengan industri penggergajian di negara bagian Washington, 20 Februari 1967. Sejak kecil ia sudah memperlihatkan berbagai bakat dan kecerdasan, baik di bidang olahraga maupun seni. Kurt masuk dan berperan besar dalam tim bisbol dan gulat di sekolah. Dia juga sangat menyukai pelajaran seni dan senang melukis.
Tapi
kehidupan Kurt dalam keluarganya begitu suram, terutama sejak
perceraian kedua orang tuanya, ketika ia berusia sembilan tahun.
Peristiwa itu menjadi bencana emosional terbesar dalam hidupnya. Kurt
jadi membenci kedua orang tuanya. Apalagi ketika ayahnya menikah lagi
dan ibunya berpacaran dengan pemuda yang umurnya hanya tujuh tahun lebih
tua darinya.
Peristiwa
itu mengubah Kurt menjadi sosok pemurung, tertutup, dan berandal. Kurt
kemudian mulai berkenalan dengan dunia obat-obatan hingga akhirnya putus
sekolah.
Jalan
menuju popularitas Kurt di jalur musik juga tidak mudah diraih. Di
masa-masa awal sebelum sukses, Kurt bersama personel Nirvana lainnya
kadang harus menempuh jarak ratusan hingga ribuan mil untuk
melangsungkan konser promosi album pertamanya, Bleach. Penontonnya pun kadang cuma 20 atau belasan orang. Bayarannya hanya cukup untuk mengganti bensin.
Tapi semua perjuangan keras Kurt terbayar ketika album kedua Nirvana, Nevermind,
hadir dengan hentakan dahsyat sehingga mengguncang peta musik
internasional. Album yang dirilis September 1991 itu dengan cepat
bertengger di puncak teratas tangga lagu Billboard, menggeser Dangerous-nya Michael Jackson. Seiring dengan itu pula, popularitas Kurt dan Nirvana mencuat luar biasa.
Pada titik inilah kemudian
pelan-pelan
mulai terlihat sisi-sisi suram popularitas sebagaimana dialami Kurt.
Sikap dan gaya hidup Kurt yang memang penuh kontradiksi dan kontroversi,
keterlibatannya dengan dunia narkoba, menurut pengakuan Kurt juga
dipicu oleh penyakit perut yang dideritanya sejak lama. Kisah kehidupan
keluarganya dengan Courtney Love, semua menjadi bahan menarik untuk
diangkat media.
Pemberitaan dari tabloid The Globe dan majalah Vanity Fair
tidak lama setelah kelahiran anaknya, Frances, misalnya. Bagi Kurt dan
istrinya tampak seperti penghakiman bahwa keduanya tak berhak mengasuh
anaknya itu, dengan mengabaikan kenyataan bahwa Frances lahir dengan
sehat. Karena itulah, pada tingkat tertentu, Kurt kadang mengalami
semacam paranoid terhadap media, khawatir bila ternyata apa yang
diberitakan tentangnya justru sesuatu yang tak ia sukai--entah itu
karena berupa fitnah maupun semacamnya.
Rasa
putus asa dalam mengatasi problem kecanduannya serta untuk memperbaiki
kehidupan keluarganya, baik dalam relasinya dengan kedua orang tuanya
maupun keluarganya sendiri, mengantarkan Kurt pada satu kondisi depresi
yang luar biasa. Akhirnya, di awal April 1994, Kurt ditemukan bunuh diri
di rumahnya dengan meledakkan kepalanya sambil mengonsumsi obat-obatan,
setelah beberapa hari sebelumnya kabur dari rumah sakit di Los Angeles,
tempat ia dirawat untuk mengatasi kecanduannya.
Meninggalnya
Kurt akibat bunuh diri ini menambah daftar panjang para artis dan
orang-orang ternama lainnya yang mengakhiri hidup dengan cara yang
tragis itu. Sebelumnya tercatat nama Jim Morrison, Jimi Hendrix, dan
Janis Joplin, para musisi yang secara kebetulan sama-sama meninggal di
usia 27, seperti juga Kurt.
Charles
R Cross menyajikan kisah hidup Kurt Cobain dalam buku ini dengan cukup
detail dan komprehensif. Dengan dibagi ke dalam 24 bab, Cross
mengimbuhkan catatan keterangan waktu dan tempat di tiap awal bab
sehingga pembaca akan cukup mudah menelusuri alur hidup Kurt. Cross,
yang menjadi editor di majalah musik The Rocket, cukup berhasil
memperlihatkan berbagai segi manusiawi Kurt, seorang artis terkemuka
yang gema pengaruhnya hingga kini masih terasa, terutama di kalangan
muda.
Segi-segi
manusiawi yang penuh lika-liku dari jejak kehidupan Kurt disampaikan
dengan keahlian bertutur yang indah dan menawan; tentang perjuangan Kurt
yang berkreasi dengan penuh kerja keras di dunia musik, bagaimana
karya-karya musiknya itu lahir, Kurt kecil dan remaja yang merasa
terabaikan dan terbuang di keluarganya, Kurt yang merasa dieksploitasi
oleh media dan para penggemarnya, serta hubungan-hubungan kemanusiaan
yang rumit antara Kurt dan orang di sekelilingnya. Cross cukup berhasil
menuturkan semua itu dengan keterlibatan emosi yang mendalam, sehingga
pembaca buku ini dapat berempati dan masuk ke relung suasana setiap
peristiwa.
Kelebihan
utama buku ini lebih terlihat karena Cross berhasil menghimpun dan
mengolah segudang data yang cukup berharga tentang kehidupan Kurt itu
sendiri.
Cross
tidak sedang bergosip atau sekadar menyajikan isu-isu murahan tak
berdasar tentang kehidupan Kurt. Empat ratus wawancara dengan berbagai
pihak yang terlibat dengan kehidupan pribadi dan karier Kurt di dunia
musik dilakukan Cross selama sekitar empat tahun.
Belum
lagi berbagai arsip dan dokumen penting berkaitan dengan Kurt yang
ditelusuri Cross, seperti catatan medis dan kepolisian, serta catatan
harian yang ditulis Kurt sendiri.
Taken from: http://www.media-indonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar